Gunung Sumbing : Si Keren Dari Jawa Tengah

Hell-O Wonosobo!

Gunung Sumbing
Gunung Sumbing

Hey kalian, dapet salam dari Gunung Sumbing! Kira – kira gituh deh pemandangan pertama yang gue liat dari depan hotel gue. Pertama kali gue liat tempat ini gue emang langsung jatuh cinta.. gimana gak? Karena pemandangan yang disajikan bener – bener indah banget deh, perkebunan teh yang terhampar luas disepanjang jalan, di depan hotel ada pemandangan Gunung Sumbing yang berdiri gagah dan dadah dadah ke gue sambil manggil – manggil “kapan naikin aku??” sementara dibelakang hotel Sang Sindoro tak kalah indahnya berdiri keceh dan gak mau kalah sambil kedip – kedip manggil – manggil gue untuk segera mendakinya…

Sementara gue… “eehh buusseettt… dia kata gampang kali naik dua gunung sekalian dalam waktu tiga hari” *ucap gue dalam hati sambil ngelus – ngelus kaki…

Sindoro
Pemandangan Sindoro Dari Depan Hotel Kledung – Lukisan Tuhan memang Keren!!

Kira – kira itulah pemandangan yang bisa gue ceritain dari Hotel Kledung Pass, ahk! Hotel ini keren banget, letaknya strategis banget. Kamarnya sederhana yang jelas ada air panasnya ini yang paling penting karena udara di Kledung sangat dingin. Gue sih seneng banget disini, pemandangan masih asri, udaranya seger banget, belum tercemar dan gak terlalu ramai. Di hotel ini juga ada restaurant yang menyediakan makanan yang banyak banget ragamnya dan tentunya dengan rasa yang ennnaaakkk banget… no wonder kalau Restaurant ini suka dipenuhi dengan bus pariwisata yang berhenti senjenak untuk istirahat, yah istilahnya kaya rest area deh.

Pemandangan Gunung Sumbing Dari Teras Kamar Hotel Kledung
Pemandangan Gunung Sumbing Dari Teras Kamar Hotel Kledung

Ini kali pertama gue naik ke Gunung Sumbing, gue dateng dari Purwokerto dan backpackeran dong ngerasain ngeteng pake mobil bak, pindah ganti – ganti bus bawa – bawa barang banyak udah kaya TKI di usir sama majikannya hehhehee.. :D

Today it’s the day! Lets Go Hike! Packing sudah siap, mental udah siap yuukk capcuuusss.. Gue dan temen – temen bergegas menuju Base Camp Pendakian Gunung Sumbing Via Garung. Ada yang beda kali ini, pendakian kali ini gue harus nanjak tanpa si Cemoonnkkk.. selebihnya tetep ada Bekeper, ada Obe, Dede, Mas Kemal, Yosua, Mas Tri, dan Ucup mereka adalah temen – temen gue dari Mapatra Purwokerto. Mereka orang yang baik – baik banget! Tapi sayang masih jomblo #Loh #ppsssttt

Base Camp Pendakian Sumbing via Garung
Base Camp Pendakian Sumbing via Garung

Karena gue ngejar waktu, gue memutuskan untuk naik Ojek sampai dibatas vegetasi rumah warga. Maklum, gue dan temen – temen masih harus save energy untuk naik beberapa gunung lagi, memang perjalanan kali ini gue dan temen – temen mau marathon I mean bukan lari marathon tapi estafet dari satu gunung ke gunung lainnya. Bukan gue sih, gue mah apalah.. mana tahan naik gunung gak berhenti – henti gituh :p

Setelah mengerikan lewat jalur bebatuan, kenapa mengerikan? Karena.. ah gilak deh tukang ojek di Garung, bunyi motor nyaring dan dengan motor yang terlihat kering kerontang itu mereka bisa nanjak lewatin tanjakan tinggi walopun pake ngeden – ngeden sih. Si Tukang Ojek bilang, “kalo takut peluk saya ajah mbak erat – erat” – dia berasa balon banget mau dipegang erat – erat #eeeeaaaa yah itung – itung hari itu gue bikin orang bahagia deh dengan melukin dari belakang… hiikkss :(

Sang Sindoro Kedip - Kedip Manggil ngajak mampir.. :D
Sang Sindoro Kedip – Kedip Manggil ngajak mampir.. :D

Ternyata gue gak beruntung, pelukan gue kepada tukang ojek malah membuat motornya tersebut mati ditanjakan dan berhenti. Gue stuck dong.. tapi suer bukan karena berat badan gue  tapi mungkin karena tukang ojeknya pengen biar lebih lama dipeluknya sama gue kali… #eeeeeaaaa *kemudian disumpel daun tehh.. Akhirnya gue ngelanjutin perjalanan gue dengan jalan kaki, temen – temen lain lewat sambil dadah – dadah hiikkss.. dan tukang ojek lain ternyata iba sama gue dan akhirnya jemput gue. Pemandangan sekitar gue bilang cakep banget, kanan kiri banyak perkebunan warga, vegetasi kebun teh disepanjang jalan menjadi cirri khas Garung dan Kledung. Belum lagi sepanjang jalan Sang Sindoro dari kejauhan masih kedip – kedip menanti kedatangan gue..

IMG_3423

Jalur Pendakian Sumbing
Jalur Pendakian Sumbing

Well, stop berkhayal welcome to the real track! Jalur pendakian Sumbing telah dibuka, selamat menikmati terjalnya jalur Sumbing, licinnya jalur tanah, dan segala tanjakan tinggi yang bikin mulut nganga..mangap dan leher mendongak lebih lama. Nah Loh! The Trekking is begin guys, be prepare and stay safe. Yah maklum, gue dianggap emaknya anak – anak jadi harus lebih bawel sama mereka. Satu persatu tanjakan mulai menyambut gue dan temen – temen, tapi entah kenapa gue seneng liat jalur di Sumbing karena semua tertata rapih, sudah ada pavingan walaupun masih tanah, kemudian tanah lapan untuk campsite yang sudah dirapihkan, yah walaupun tidak mengurangi penderitaan saat di tanjakan yang gak ada abisnya.

Jalur Pendakian Sumbing
Jalur Pendakian Sumbing
Tanjakan Cantik yang Licin
Tanjakan Cantik yang Licin

Pos I Malim, Pos II Genus, Pos III Seduplak Roto udah dilewatin, entah kapan sampainya. Gue ditemani oleh satu porter dan guide yang mulai bikin gue kesel karena selalu PHP in gue bilang udah sampe ternyata masih banyak tanjakan yang menanti “sambil ketawa – ketawa dia bilang sabar yah mbak.. belum sampe yah mbak? Hihihiihih” gue tersenyum terhibur melihat ulahnya. Tepat pukul 12.30 siang gue dan temen – temen akhirnya sampai di Pos Pestan 2.437mdpl, tadinya kami mau ngecamp di watu kotak, tapi gue mutusin untuk di Pestan ajah. Pemandangan dari Pestan ini udah keren banget, masih berdiri keceh Gunung Sindoro tepat didepan campsite gue. Sebuah tanah lapang yang terbuka dan tentunya dengan angin yang super kenceng dan dingin yah itulah ciri – ciri Pos Pestan. Bahkan 5-6 kali gue dan temen – temen harus betulin flysheet yang terbang – terbang mulu..

Pos Pestan - Pasar Setan Gunung Sumbing
Pos Pestan – Pasar Setan Gunung Sumbing

Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi kedua setelah Gunung Slamet. Gunung dengan ketinggian 3.371mdpl ini gue bilang salah satu gunung yang tergolong sulit, dan ini baru sampai Pos Pestan sementara di belakang campsite gue, sudah menanti puluhan atau mungkin ratusan tanjakan lagi untuk menuju puncak. Gillaaaa cuuyyy gak ada bonusnya…

My Great Team :)
My Great Team :)

Dan hujan pun menemani hari kami saat itu, kabut yang begitu tebal menutup seluruh pemandangan saat itu. Suhu diluar tenda pun langsung turun drastis dan dingin banget. Gue lebih milih istirahat untuk persiapan summit attack nanti. Setelah masak makan malam ngobrol sebentar dan gue langsung bobo bobo cantik sambil menunggu waktu summit. Sayang, malam itu gue gak bisa tidur karena angin begitu keceng, bunyinya berisik kaya pasar malam, dan malam itu sangat amat dingin. Jadi pastikan lagi kalo elu elu pada mau ke Gunung Sumbing, bawalah perlengkapan trekking yang lengkap khususnya pakaian hangat.

IMG_3448

Wonosobo Malam Hari
Wonosobo Malam Hari

Tepat pukul 2 gue sudah bangun untuk nyiapin minuman hangat dan cemilan untuk perjalanan summit attack. Dan waktunya lanjut perjalanan lagi pagi – pagi buta. Beginilah para penikmat ketinggian, mereka bangun tengah malam untuk melihat bintang, dan kembali menyusuri jalur untuk menikmati sunrise dari ketinggian. Jalur yang ditempuh ternyata semakin berat, tanjakan yang nonstop harus kita lewati, nafas tersenggal – senggal semua hilang karena takjub liat kerlap kerlip lampu di Wonosobo, indah banget.. Wonosobo terlihat damai dari ketinggian. Terlebih ketika sang surya mulai muncul perlahan, cahanya mulai menyinari Gunung Sindoro.

Vegetasi jalur ke puncak masih sama bukan hutan rimba yang lebat, hanya bebatuan dan pohonan kecil yang ada. Kita ngelewati Pos Watu Kotak, tebing terjal sampai akhirnya tiba di Puncak.

IMG_20140825_151642

Gak banyak kata – kata yang bisa diucapkan selain bersyukur bisa sampai di Puncak menikmati semua nikmat Tuhan dan keindahan alam yang gak ada tandingannya. Matahari Sumbing pagi itu membuat pemandangan alam ini jadi begitu “andra and the backbone” alias SEMPURNA!

Sunrise yang Sempurna
Sunrise yang Sempurna

IMG_3488

Keren banget deh.. sepadan dengan jalurnya yang gak ada ampun. Kawah Sumbing masih aktif terlihat aktifitas sulfur dari bawah sana. Dinding kaldera Sumbing berdiri kokoh mengitari kawah, makin terlihat majestic ketika kabut perlahan mulai menyelimutinya. Sang Sindoro berdiri tepat dihadapan gue seraya menyapa “selamat pagi, kapan mampir?” #eeehh, sementara Merapi yang mengeluarkan asap, Merbabu, Prau dan Slamet terlihat dari kejauhan gak mau kalah dadah – dadah lembut menyapa “Hae…” *#@$@#*$&@# hiraukan bagian itu.

IMG_3511
Kawah Gunung Sumbing

IMG_20140825_151718

IMG_20140521_110811

IMG_20140515_161354

Rasa bahagia hari itu begitu luar biasa sempurna, namun tiba – tiba terbayang jalur turun dari puncak Sumbing seraya berbisik “jangan seneng dulu luh, masih ada jalur turun pulang yang jauh lebih berat yang bisa bikin dengkul oplok – oplok” ~ haduuuhhh… rasanya gak mau turun kalau ngebayangin dengkul racing gue somplak. Karena memang buat gue jalur turun itu lebih berat daripada nanjak. Dan tibalah waktunya untuk menikmati jalur turun pendakian Gunung Sumbing. Selamat yah bex!!

IMG_4619
Campsite nya masih jauh :(

???????????????????????????????

???????????????????????????????

Hadiah dari Sumbing, gue jatoh kepleset ala Supermen dan mendarat dengan bebasnya ditanah dan dapet sambutan dengan ketawa girang si Mas Kemal dan Obe. Itulah temen seperjuangan mereka akan ketawain lu sekenceng mungkin baru nolongin lu yang jatoh :)

Teman – Teman Gue yang super Keceh dan Kuat :D

IMG_3531

IMG_3485

Terimakasih Tuhan, terimakasih semesta Pendakian Sumbing ditutup dengan segala rasa syukur karena bisa sampai kembali di Hotel dengan selamat. Dan malamnya Gunung Sindoro pun sudah menanti, tapi gue lebih memilih untuk nunggu di Hotel karena masih harus mempersiapkan untuk pendakian yang lain.

Ah menyenangkan pekerjaan jalan – jalan ini. Waktunya leyeh – leyeh di Kledung Pass Hotel..

Pese gue : Kalau ke Sumbing, siapin fisik dan mental yang berlapis lapir yah begitu juga dengan perlengkapan trekking yang safety.

~abex~

Photo by Abex – Obe – Dede – Mas Kemal

Puncak Bukan Segalanya! Berbijaklah :)

Hell- O September!

Howdy Jogja!

AS usual so many September Wish for this month.. yang jelas pasti berharap lebih baik semuanya. Pasti banyak banget nih yang nyanyi atau posting “september ceria” atau “wake me up when september ends” ah soooo mainstream.. :p gue sih lebih milih September nya Earth Wind And Fire, atau September nya Daughtry yang super mellow :D

Puncak Garuda - Mt. Merapi 2.914 mdpl
Puncak Garuda – Mt. Merapi 2.914 mdpl

Tapi saat ini gue bukan mau bahas soal September, tapi gue mau bahas soal yang terjadi di September tahun lalu. Well, setahun yang lalu gue naik gunung Merapi. Siapa yang gak kenal gunung yang paling sering meletus dan erupsi, gunung cantik yang merupakan bagian dari Taman Nasional di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Gunung dengan tinggi 2.914mdpl merupakan gunung berapi yang paling aktif di Indonesia, jelas ajah lo sering liat dong berita tentang Merapi yang bergejolak, yah setahun pasti ada beberapa kali.

Tengah malam tepat pukul 1.30 pagi, gue sudah bersiap untuk berangkat ke pintu masuk gunung Merapi via Selo, malam itu gue menginap di Selo Pass Hotel. Hotel yang nyaman dan dengan pemandangan cantik dikawasan Selo harganya dimulai dari 250ribuan. Setelah registrasi dan melakukan pengecekan ulang, guide yang berasal dari salah satu kampus di Jogja membawa gue mendaki Gunung Merapi.

Gue memakai jasa trip organizer dari Jogja, dan ternyata sebelum berangkat gue ditegur oleh guide/porter local. Mereka bilang ke guide gue “gak boleh naik kalau pakai guide dari luar harus pakai guide local” sampai 1 jam mereka bernegosiasi akhirnya jam 2.30pagi rombongan gue baru bisa start trekking. Duh.. ini baru mau mendaki tapi sudah gak nyaman..

 Dan eng ing eng…  baru mulai trekking, perut gue mules dong bahkan gue sampai keringet dingin. Saking gak tahan, yah dengan malu hati gue bilang sama guidenya yang masih anak kuliahan itu “mas, gue mau poop nih, gak tahan.. lu jagain gue yah disitu, gue naik bentar” –  dia manggut tanda setuju. Mulai menggali dan ah bagian ini tidak perlu dijelaskan, yang jelas ini bagian dari perjalanan mendaki gunung di Indonesia, yah suka gak suka saat perut lo mules mau poop, lo harus ahli menggali lobang untuk buang air besar karena inget, di gunung gak ada kamar mandi apalagi WC umum, kecuali kaya di Kinabalu atau di Himalaya disana masih ada WC :D

Gak perlu gue jelaskan gimana nikmatnya setelah poop, karena gue baru bisa ngegas ces pleng mulain mendaki setelah perut kosong dan gak mules lagi. Oiyah inget loh, kalo buang air jangan di jalur woooyyy!! Jangan nebar ranjau dijalur pendakian. Cari tempat yang tersembunyi dan jarang dilalui trus gali lobang, kalau gak mau gali lobang yah lo bawa kembali deh hasil poop lo :D

The Light is coming
The Light is coming

Jalur Merapi via Selo ini lumayan nanjak, di sepanjang jalan gue ketemu alay – alay yang baru naik gunung pake celana pendek tengah malam, pake sendal jepit, bawa – bawa radio, terus cewe – cewenya jalan sambil ngoceh bahkan sambil teriak – teriak. Mereka mendaki sekampung booookkkk, berisik banget… pelan sambil lewat gue nyinyir “hoy, ini bukan emol, bukan rumah lu, berisik jangan teriak – teriak!” mereka diam dan I bet.. mereka di belakang ngedumel ngomongin gue.. – like I care? :D

Sebelum memasuki Pasar Bubrah gue sempet dibawa nyasar sama guide gue, duh.. guide macam apah ini… udah cape dan kesasar lagi.. tapi gue gak boleh emosi, walaupun kesel at least I should do something.. stay calm and find the solution. Akhirnya kita balik ke jalan awal dan thanks God, ketemu jalur utama lagi dan gue bisa ngelanjutin pendakian gue.

Jalur Pendakian Merapi
Jalur Pendakian Merapi

Angin di Merapi mulai tidak bersahabat, saat itu gue tiba di Pasar Bubrah sekitar jam 4.30 pagi dingin bangetttt.. fleece dan windbreaker gue masih tembus kena angin. Tapi perjalanan gue belum selesai, gue ditemani 1 guide mulai summit attack. Jalur pasir dengan batu kecil benar – benar membuat perjalanan gue semakin berat. Satu langkah naik, dua langkah turun.. begitu terus….

Semakin berat dan semakin mengeluh akan semakin berat, itulah kunci mendaki gunung. Makanya cobalah untuk menikmati setiap perjalanannya. Gue berhenti sejenak karena kepala gue mulai sakit, gue pikir dengan minum minuman hangat dan makan roti bisa membuat sakit kepala gue hilang, tapi ternyata gak :( sambil nikmatin sunrise pagi itu, gue melihat puncak sekitar 50 meter lagi, namun gue memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan gue karena sakit kepala yang begitu hebat.

Sunrise From Mt. Merapi
Sunrise From Mt. Merapi

Gue duduk diam sambil menikmati sunrise, ngelamun sendirian diterpa angin yang kencang dan kemudian berpikir “gue harus ngalahin ego gue untuk gak muncak” gue harus turun karena kondisi kesehatan gue gak memungkinkan.. dan gue harus berbijak mengambil keputusan.. itulah mendaki gunung, yang ditaklukan bukan puncak tapi ego diri sendiri :)

I Love Indonesia - Mt. Merapi
I Love Indonesia – Mt. Merapi

Well, puncak bukan segalanya, karena kesehatan jauh lebih penting. Hati yang kesal disepanjang jalan selama pendakian, juga bisa bikin mental down. Sakit kepala yang tidak bersahabat membuat gue memutuskan untuk berhenti mendaki padahal puncak hanya tinggal 50 meter lagi.  Kenapa? Karena gue merasa harus berbijak dengan tubuh gue, puncak gak akan lari kemana – mana tapi kesehatan itu yang paling utama.

Pasar Setan - Pasar Bubrah Mt. Merapi
Pasar Setan – Pasar Bubrah Mt. Merapi
Action! Pasar Bubrah
Action! Pasar Bubrah

Gue turun ke Pasar Bubrah dengan hati senang walaupun kepala masih sakit. Kenapa senang? Karena gue berhasil mengalahkan “EGO” gue untuk tidak muncak dan lebih mementikan kesehatan gue.. satu pilihan yang bijak namun banyak orang tidak mau melakukannya. Karena untuk sebagian orang, “puncak adalah segalanya” mereka berpikir bahwa kalau gak sampai puncak berarti gagal, dan belum tentu bisa balik lagi ke gunung itu..

Tapi buat gue berbeda.. kegagalan utama dalam naik gunung adalah “bukan ketika tidak sampai puncak, melainkan ketika tidak bisa sampai dirumah dengan selamat” – “puncak hanyalah sebuah bonus, puncak adalah sebuah penghargaan atas semua kerja keras dalam pendakian, namun kembali ke rumah dengan selamat adalah keharusan” :)

Ecciiiyyeeehh tiba – tiba gue jadi bijak begini, tapi itulah buat gue lebih penting mengalahkan Ego diri sendiri dan kembali pulang dengan selamat.

Masih di Pasar Bubrah walaupun sakit kepala, di foto harus tetep senyum :D
Masih di Pasar Bubrah walaupun sakit kepala, di foto harus tetep senyum :D

Istirahat di Pasar Bubrah, sakit kepala gue mulai hilang dan gue bisa turun ke Selo dengan dapetin beberapa foto – foto keceh.. well at least gue masih bisa pulang bawa cerita baru dan bawa foto baru dong :D

Mt. Merbabu View from Merapi
Mt. Merbabu View from Merapi
Pemandandang di Merapi Keren!! depannya ada Gunung Merbabu yang gak kalah kerennya! :D
Pemandandang di Merapi Keren!! depannya ada Gunung Merbabu yang gak kalah kerennya! :D

IMG_2753

Dear Merapi… I promise, I will be back soon… karena pemandangan di Merapi indah banget!! Gue masih mau explore lebih soal merapi, tanpa ada masalah guide, tanpa perut mules, tanpa guide yang bawa gue nyasar, tanpa sakit kepala, tanpa hati yang kesal/dongkol.. :D

Si kembar Sindoro - Sumbing di Belakang :D
Si kembar Sindoro – Sumbing di Belakang :D

IMG_2782

Disini gue belajar, hati yang tenang dan damai akan membuat perjalanan pendakian nyaman.. :)

~abex~